Orang Minang Harus Tau Kato Nan Ampek - Roman Minang

Minggu, 25 Februari 2018

Orang Minang Harus Tau Kato Nan Ampek

                                                              Foto: Google

Siapa yang tidak tau dengan West Sumatra/ Sumatra Barat?, daerah yang terkenal dengan masakannya seperti Rendang, Gulai kepala ikan dan sebagainya. selain itu,  etnis yang ada di Sumatra Barat memiliki kultur sebagian besar disebut Minangkabau, sehingga Sumatra Barat juga di sebut Ranah Minang yang memiliki kebudayaan yang kental dan unik. tidak hanya itu saja, suku minang memiliki filsafat "Alam Takambang Jadi Guru" yang menggambarkan kehidupan keseharian suku tersebut. Etnis yang orang Betawi menyebutnya "Padang Bengkok," katanya. Dikarnakan cara berfikir orang Minang berbeda dengan suku-suku yang ada di Indonesia, "takuruang nak di lua taimpik nak diateh". 

Minangkabau mempunyai tatanan untuk berbicara yaitu, Kato Nan Ampek, yang dimaksud dengan 4 etika berbicara. Istilah yang berarti atuaran untuk berbicara, tentang bagaimana untuk memberikan penyampaian kepada orang lain. Hal ini yang banyak tidak dimengerti sejumlah remaja Minang saat ini, bagaimana bicara dengan orang yang lebih tua, bagaimana bicara dengan yang lebih muda, bagaimana bicara dengan teman sebaya, bagaimana bicara di dalam forum. Bahkan kebanyakan sejumlah remaja tidak mengerti bila disindir. 

   Dan inilah sebagian dari penjelasan kato nan ampek:

1. Kato Mandaki
Kato mandaki digunakan oleh orang yang lebih muda ke yang tua, pengertian ini menjelaskan bahwa rasa hormat yang ditunjukan dari yang lebih muda ke yang tua. 
Disaat berbicara dengan yang lebih tua dari kita, kita harus menunjukan rasa hormat dan sopan santun. Intinya kita tidak perlu menyanggah perkataan orang tersebut, dan kita hanya cukup mendengar. Terima yang baiknya dan abaikan yang tidak perlu. 

2. Kato Manurun
Nah!!  Ini yang kadang disalah artikan sebagian orang Minang, kato manurun bukan berarti Bak Manunggang Aia Ka Lurah, bisa bicara sewena-wena dan seenaknya kepada yang lebih muda dari kita. Lebih tepatnya kato manurun adalah cara penyampaian yang menunjukan lemah lembut, rasa mengasihi, dan tegas saat memberi nasehat. 

3. Kato Mandata
Ini merupakan merupakan tatanan berbicara kepada teman sebaya, walaupun kato mandata atau kata mendatar dilakukan saat melakukan perbincangan terhadap teman sebaya, tidaklah bahasa ini digunakan untuk saling mencaci, atau saling membully. Filsafat Minang mengatakan, Diagak mangko diagiah dijua mangko dibali. Artinya berbicara hendaklah berfikir terlebih dahulu, dan memberikan jawaban yang tidak menyinggung teman sebaya. 

4. Kato Malereang. 
Tatanan berbahasa ini sangatlah rumit dan hanya sebagian orang Minang yang mengerti akan kato malereang tersebut. Ini juga bisa mencakup 3 pembahasan diatas, bisa dilakukan terhadap yang lebih muda, bisa dilakukan terhadap yang lebih tua, ataupun terhadap teman sebaya. Kato malereang banyak mengandung kata-kata sindiran, ada yang positif dan ada pula yang negatif. Cara berbahasa ini cukup tinggi dan sering dijumpai dalam Kerapatan Adat, pembicaraan petinggi-petinggi adat. Tidak hanya itu, kato malereang dilakukan juga saat berbicara dengan Sumando (yang disebut menantu di adat Minang), dan Sumando wajib tau dengan kato malereang. 

Demikian penjelasan tentang kato nan ampek yang ada di Minangkabau, semoga bermanfaat dan kita bisa mengamalkannya dikehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar